PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA.
1. Total
Utang.
Tabel-1 Perkembangan Utang Pemerintah 2004-2012
(dalam triliun rupiah).
Tahun
|
Posisi Utang
|
PDB IHK
|
Rasio utang atas PDB
|
2004
|
1.299
|
2.296
|
57%
|
2005
|
1.313
|
2.774
|
47%
|
2006
|
1.302
|
3.339
|
39%
|
2007
|
1.389
|
3.949
|
35%
|
2008
|
1.637
|
4.951
|
33%
|
2009
|
1.591
|
5.613
|
28%
|
2010
|
1.676
|
6.423
|
26%
|
2011
|
1.813
|
7.227
|
25%
|
2012 *)
|
1956
|
8120
|
24%
|
Sumber: APBN
*) Angka prediksi.
Beberapa hal yang menarik
untuk diamati pada tabel-1 adalah sebagai berikut: Terjadi trend penurunan
rasio utang dalam kurun waktu 2004 sampai 2012. Kalau pada tahun 2004 rasio
utang atas PDB adalah 57%, atau outstanding utang Indonesia melebih separuh
dari nilai PDB. Maka pada tahun 2011 rasio utang Indonesia terhadap PDB
turun signifikan menjadi 25%. Pada tahun 2012, rasio utang terhadap PDB
bahkan diprediksi akan turun menjadi 24%. Secara teoritis, hal ini jelas
mengurangi resiko utang Indonesia, dan membuat solvabilitas pemerintah
semakin meningkat. Hal ini menjadi pengamatan beberapa lembaga pemeringkat
dunia seperti Fitch Rating, dan Moodys Investor Rating yang
telah menaikkan peringkat Indonesia menjadi investment grade pada
tahun 2011. Kenaikan investment grade ini diprediksi akan
meningkatkan arus penaman modal asing (PMA) yang akan masuk ke Indonesia.
Prediksi ini terbukti
dengan laporan realisasi PMA untuk kuartal satu 2012 yang tertinggi
sepanjang sejarah.[1] Menurut BKPM,
pada kuartal I-2012 realisasi investasi PMA tercatat sebesar Rp51,5 triliun
atau naik 30,3% bila dibanding periode sama tahun 2011.
Lima sektor usaha terbesar
adalah sektor pertambangan US$ 1,1 miliar, transportasi, gudang dan
telekomunikasi US$0,8 miliar, tanaman pangan dan perkebunan US$ 0,4 miliar,
industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik US$0,5 miliar, dan
sektor industri alat angkutan dan transportasi lainnya US$0,4 miliar.
Sedangkan berdasarkan lokasi proyek yang tertinggi adalah DKI Jakarta
US$1,2 miliar, Jawa Barat US$1,1 miliar, Banten US$0,6 miliar, Sulawesi
Selatan US$0,4 miliar, dan Nusa Tenggara Barat US$0,4 miliar.
Adapun Negara investor
terbesar adalah Singapura US$1,2 miliar, diikuti oleh Jepang US$0,6 miliar,
Korea Selatan US$0,5 miliar, British Virgin Islands US$0,3 miliar, dan
Belanda US$0,3 miliar.
Rasio utang Indonesia ini
lebih rendah dari rata-rata rasio utang Negara berkembang terhadap PDB
yaitu 39%, dan lebih rendah lagi kalau dibandingkan dengan Negara maju yang
rata-ratanya 109% dari PDB (Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati).[2]
2. Utang
Luar Negeri
Tabel-2
Outstanding Pinjaman LN dan rasio terhadap PDB
(2006-2011)
Tahun
|
Utang LN
|
Utang LN
|
PDB IHK
|
Rasio terhdp
|
US$ billion
|
Rp triliun
|
Rp triliun
|
PDB
|
2006
|
73.01
|
657.00
|
3,339.00
|
19.68%
|
2007
|
76.92
|
692.28
|
3,949.00
|
17.53%
|
2008
|
85.14
|
766.22
|
4,951.00
|
15.48%
|
2009
|
90.85
|
817.68
|
5,613.00
|
14.57%
|
2010
|
106.86
|
961.74
|
6,423.00
|
14.97%
|
2011
|
112.96
|
1,016.66
|
7,227.00
|
14.07%
|
Sumber : Bank Indonesia (diolah).
Mengamati perkembangan
utang luar negeri Indonesia pada tabel-2 terlihat beberapa hal yang menarik
yaitu: Selama kurun waktu 2006-2012, utang luar negeri pemerintah cenderung
meningkat yaitu dari US$ 75.82 miliar pada tahun 2006, menjadi US$ 123.23
miliar pada tahun 2011, atau terjadi peningkatan sebesar 62,53% selama 5
tahun. Namun peningkatan utang pemerintah ini masih lebih rendah kalau
dibandingkan dengan peningkatan utang luar negeri swasta. Tahun 2006 utang
luar negeri swasta adalah US$ 56.81 miliar, meningkat menjadi US$ 100.44
milar pada tahun 2011, atau terjadi peningkatan sebesar 76,8% selama 5
tahun. Peningkatan utang luar negeri ini bisa dikatakan masih sehat karena
lebih rendah dari peningkatan pertumbuhan nominal PDB dalam kurun waktu
yang sama. Namun mengingat beberapa konsekuensi atau resiko dari adanya
utang luar negeri yang kadang-kadang sulit diantisipasi oleh pemerintah,
maka azas prudensial dalam pinjaman luar negeri ini tetap harus diterapkan.
Tabel-3 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia menurut jenis
mata uang.
(dalam juta dolar Amerika).
Tahun
|
Dolar Amerika
|
Yen Jepang
|
SDR
|
GBP
|
Euro
|
CHF
|
IDR
|
Lainnya
|
Total
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
(10)
|
2006
|
77,237
|
30,336
|
1,762
|
1,409
|
10,868
|
486
|
9,496
|
1,038
|
132,633
|
2007
|
80,487
|
30,732
|
2,208
|
1,339
|
11,309
|
464
|
13,847
|
794
|
141,180
|
2008
|
93,570
|
36,675
|
2,688
|
973
|
10,204
|
405
|
9,634
|
930
|
155,080
|
2009
|
100,991
|
34,764
|
6,240
|
888
|
9,411
|
380
|
17,560
|
2,635
|
172,871
|
2010
|
113,746
|
40,602
|
6,363
|
778
|
7,809
|
397
|
30,302
|
2,416
|
202,413
|
2011
|
129,152
|
43,251
|
6,548
|
747
|
7,633
|
402
|
33,525
|
2,419
|
223,676
|
Sumber: Bank Indonesia.
Dalam pinjaman luar negeri
Indonesia, mata uang dolar Amerika Serikat mendominasi nilai pinjaman
diikuti oleh pinjaman dalam mata uang yen Jepang. Pinjaman dalam mata uang
rupiah juga mulai meningkat cukup tajam, bahkan peningkatannya merupakan
yang tertinggi yaitu dari US$ 9.49 miliar pada tahun 2006 menjadi US$ 33.52
miliar pada tahun 2011. Hal ini dapat diartikan terjadi peningkatan
kepercayaan dari kreditor terhadap stabilitas mata uang rupiah, sehingga
mereka berani memberikan pinjaman dalam mata uang rupiah.
Mata uang yang juga
meningkat cukup tajam kontribusinya adalah Special Drawing Right (SDR),
mata uang yang dikeluarkan oleh IMF. Sedangkan mata uang yang mengalami
penurunan kontribusinya adalah Euro dan GBP poundsterling. Hal ini sejalan
dengan menurunnya pinjaman luar negeri Indonesia dari Negara Eropa dan
Inggris.
Meningkatnya pinjaman luar
negeri Indonesia dalam beberapa mata uang yang tidak hanya terkonsentrasi
pada dollar Amerika merupakan hal yang positif untuk menyebar resiko nilai
tukar.
Tabel-4 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia menurut
Negara kreditor.
(dalam juta
dolar Amerika).
Tahun
|
Amerika
|
Jepang
|
Singapura
|
Belanda
|
Lain-lain
|
Total
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
2006
|
12,477
|
32,951
|
13,884
|
11,795
|
26,591
|
99,704
|
2007
|
13,084
|
32,230
|
15,806
|
13,841
|
26,939
|
103,907
|
2008
|
16,834
|
37,825
|
20,016
|
13,365
|
27,744
|
117,792
|
2009
|
20,247
|
35,780
|
22,338
|
15,781
|
29,838
|
125,993
|
2010
|
21,422
|
41,638
|
24,724
|
15,732
|
29,735
|
135,261
|
2011
|
24,899
|
45,438
|
33,624
|
14,898
|
34,563
|
155,433
|
Sumber: Bank
Indonesia.
Pinjaman luar negeri
Indonesia bersumber dari pinjaman bilateral dan pinjaman dari multilateral
atau badan-badan keuangan dunia. Berdasarkan pinjaman dilihat dari Negara
kreditor ada empat Negara yang dominan dalam memberikan pinjaman kepada
Indonesia. Tidak mengejutkan kalau Negara-negara ini menjadi Negara-negara
dengan porsi pinjaman terbanyak kepada Indonesia. Pertama terbanyak adalah
Jepang yang pada tahun 2011 memberikan pinjaman sebesar 45,44 miliar dolar
Amerika. Kedua adalah Negara tetangga sesama anggota ASEAN yaitu Singapura
sebesar 33,62 miliar. Sementara Amerika Serikat dengan jumlah pinjaman pada
tahun 2011 sebesar 24,89 dollar Amerika berada pada posisi ketiga. Belanda
merupakan Negara pemberi pinjaman terbanyak keempat yaitu sebesar 14,89
miliar dolar Amerika. Indonesia juga menerima pinjaman dari banyak Negara
lainnya baik dari Eropa maupun Asia yang jumlahnya pada tahun 2011 sebesar
34,56 miliar dolar Amerika Serikat.
Meningkatnya peran
Singapura sebagai sumber utang luar negeri Indonesia merupakan hal yang
positif karena mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap utang dari dua
Negara besar yang selama ini menjadi sumber utama utang luar negeri
Indonesia yaitu Jepang dan Amerika Serikat. Peranan Negara-negara lain
diluar empat Negara utama (Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Belanda)
juga cukup signifikan. Pada tahun 2011 pinjaman luar negeri Indonesia dari
Negara lain-lain tersebut mencapai US$ 34.56 miliar, lebih besar dari
pinjaman kepada Amerika Serikat yang US$ 24.89 miliar. Dari angka ini bisa
disimpulkan bahwa pinjaman utang luar negeri Indonesia sudah menyebar dan
hal ini baik untuk menghindari tekanan politik dan persyaratan pinjaman
yang ketat (tight borrowing) dari suatu Negara.
Tabel-5 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia menurut
lembaga kreditor.
(dalam juta dolar Amerika).
Tahun
|
ADB
|
IBRD
|
IDA
|
IDB
|
IFAD
|
IMF
|
Lain-lain
|
Total
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
2006
|
9574
|
7421
|
1322
|
397
|
74
|
-
|
213
|
19001
|
2007
|
10464
|
6822
|
1552
|
232
|
79
|
-
|
193
|
19342
|
2008
|
11206
|
6964
|
2001
|
256
|
78
|
-
|
171
|
20676
|
2009
|
11233
|
7871
|
2231
|
315
|
77
|
3093
|
150
|
24970
|
2010
|
11636
|
9052
|
2315
|
405
|
81
|
3050
|
128
|
26667
|
2011
|
11389
|
9010
|
2348
|
421
|
122
|
3104
|
116
|
26510
|
Sumber: Bank
Indonesia.
Sebagaimana telah
disebutkan dimuka, sumber pinjaman luar negeri Indonesia berasal dari
bilateral dan multilateral. Pinjaman terbesar bersumber dari Asian
Development Bank (ADB). Berikutnya adalah Bank Dunia yaitu IBRD dan IDA.
Ada juga pinjaman dari IMF yaitu sebesar 3,1 miliar dolar Amerika[3] yang dilakukan
pada tahun 2009. Pinjaman luar negeri dari lembaga multilateral ini tidak
sebesar pinjaman yang bersumber dari bilateral. Perkembangannyapun tidak
signifikan, selama lima tahun untuk pinjaman yang bersumber dari ADB hanya
meningkat sebesar 18,96%, IBRD meningkat 21,41%, IDA meningkat 77,6% namun
peningkatannya mulai melambat sejak tahun 2009.[4] Hal yang
mencolok disini adalah bahwa kontribusi Islamic Development Bank (IDB)
dalam pinjaman luar negeri Indonesia sangat rendah. Tahun 2011 jumlah
pinjaman luar negeri yang berasal dari IDB hanya sebesar 421 juta dolar
Amerika.
Dalam sebuah seminar pernah
juga disinggung tentang kurangnya minat Indonesia untuk meminjam dari IDB.
Malahan Negara seperti Pakistan jumlah pinjamannya termasuk yang tertinggi
dibandingkan Negara-negara lain. Dalam hubungan dengan IDB Indonesia juga
kurang begitu menonjol tergambar dari adanya perwakilan IDB di Malaysia,
sedangkan di Indonesia hanya kantor cabang yang menginduk ke perwakilan IDB
di Malaysia.
Hal ini sebenarnya kurang
baik karena seharusnya peranan IDB dapat dimanfaatkan oleh Indonesia tidak
hanya dari sisi sumber pinjaman LN saja, tetapi dapat dijadikan kendaraan
bagi penetrasi pasar para eksportir Indonesia ke wilayah Timur Tengah yang
saat ini ekonominya sedang mengalami booming.
Tabel-6 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia menurut
Jangka Waktu
dan Kelompok Peminjam.
Tahun
|
Utang Jangka Pendek
|
Utang jangka Panjang
|
Total
|
Pemerintah
|
BI
|
Swasta
|
Pemerintah
|
BI
|
Swasta
|
Pemerintah
|
BI
|
Swasta
|
2006
|
-
|
2,009
|
10,199
|
73,055
|
756
|
46,614
|
73,055
|
2,765
|
56,813
|
2007
|
-
|
2,977
|
15,676
|
76,920
|
717
|
44,889
|
76,920
|
3,695
|
60,565
|
2008
|
-
|
782
|
19,706
|
85,136
|
682
|
48,774
|
85,136
|
1,465
|
68,480
|
2009
|
-
|
4,709
|
19,341
|
90,853
|
3,703
|
54,265
|
90,853
|
8,412
|
73,606
|
2010
|
1496
|
8,134
|
23,417
|
105,364
|
3,630
|
60,372
|
106,860
|
11,764
|
83,789
|
2011
|
1090
|
6,642
|
31,200
|
111,871
|
3,630
|
69,242
|
112,962
|
10,272
|
100,442
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber:
Bank Indonesia.
Berdasarkan jangka waktu,
utang luar negeri Indonesia terbagi atas utang jangka pendek dan utang
jangka panjang. Untuk utang jangka pendek didominasi oleh utang swasta,
sedangkan utang jangka pendek pemerintah jumlahnya sedikit sekali. Pada
tahun 2011 utang jangka pendek pemerintah hanya 1,09 miliar dolar Amerika,
sementara utang pihak swasta sebesar 31,2 miliar dolar Amerika. Sedangkan
untuk utang jangka panjang, utang pemerintah lebih dominan dari swasta
walau utang pihak swastapun cukup besar. Untuk perbandingan, pada tahun
2011 outstanding utang jangka panjang pemerintah adalah 111,87 miliar dolar
Amerika, sedangkan swasta adalah sebesar 69,24 miliar dolar Amerika.
Dengan jumlah utang
pemerintah yang mencapai US$ 112.96 miliar pada tahun 2011, telah terjadi
peningkatan utang luar negeri sebesar 54.63 persen dibandingkan dengan
utang luar negeri pemerintah pada tahun 2006 yang mencapai jumlah US$ 73.05
miliar. Kenaikan nilai utang luar negeri selama 5 tahun terakhir perlu
dicermati walau jumlahnya sangat rendah bila dibandingkan dengan PDB
Indonesia yang sudah mencapai US$ 816 miliar pada tahun 2011, atau rasio
utang luar negeri terhadap PDB pada tahun 2011 adalah 13,84 persen.
Tabel-7 Penarikan Utang Luar Negeri Indonesia
Tahun
|
Pemerintah/BI
|
Pemerintah
|
BI
|
Swasta
|
Total
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(9)
|
2006
|
5,421
|
5,421
|
-
|
23,256
|
28,667
|
2007
|
5,434
|
5,434
|
-
|
27,833
|
33,267
|
2008
|
9,068
|
9,068
|
-
|
37,081
|
46,149
|
2009
|
11,429
|
8,305
|
3,124
|
35,915
|
47,343
|
2010
|
6,593
|
6,593
|
|
47,033
|
53,625
|
2011
|
3,027
|
3,027
|
|
67,819
|
70,846
|
|
|
|
|
|
|
Sumber:
Bank Indonesia.
Penarikan atau disbursement
utang luar negeri Indonesia saat ini didominasi oleh utang swasta,
sedangkan disbursement utang luar negeri pemerintah cenderung
mengalami penurunan. Penarikan utang pemerintah agak meningkat pada tahun
2009 disebabkan oleh terjadinya krisis keuangan di Amerika Serikat yang
menular efeknya sampai ke Indonesia dan mulai terasa pada tahun 2009. Namun
di dua tahun terakhir (2010 dan 2011), disbursement utang luar
negeri pemerintah kembali mengalami penurunan. Sedangkan Bank Indonesia
melakukan penarikan pinjaman luar negeri pada tahun 2009 juga berkaitan
dengan krisis keuangan, dan sumbernya adalah dari IMF (lihat tabel-7).
Keliatan sekali kalau pihak swasta melakukan disbursement yang cukup besar
dan pada tahun 2011 mencapai puncaknya yaitu sebesar 67,82 miliar dolar
Amerika, namun besaran ini dipengaruhi oleh banyaknya utang jangka pendek
pihak swasta yang tentunya in out-nya cukup tinggi.
Rendahnya disbursement
ini perlu mendapatkan perhatian karena memiliki beberapa implikasi yang
kurang baik. Pertama, rendahnya disbursement akan mengurangi efek
stimulus dari utang luar negeri terhadap perekonomian. Kedua, rendahnya disbursement
juga merugikan, karena walau disbursement rendah pemerintah
tetap harus membayar commitment fee sesuai dengan jumlah pinjaman
luar negeri yang disepakati. Ketiga, rendahnya disbursement juga
merupakan cerminan dari lemahnya perencanaan utang luar negeri yang tidak
bisa match dengan kebutuhan dan kemampuan pengelolaan utang yang
sebenarnya (mismanagement).
Kondisi ini memerlukan
pembuatan model perencanaan utang luar negeri yang shopisticated untuk
mengurangi terjadinya mismanagement seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Badan Kebijakan Fiskal selaku otoritas yang bergelut dengan
masalah kebijakan, termasuk didalamnya kebijakan pinjaman luar negeri,
harus mengambil peran yang lebih signifikan dimasa datang untuk
meminimalisir terjadinya mismanagement khususnya pada pembuatan
kebijakan perencanaan utang luar negeri.
Tabel-8 Pembayaran Utang Luar Negeri Indonesia
Tahun
|
Pemerintah dan BI
|
Pemerintah
|
Bank Indonesia
|
Swasta
|
Pokok
|
Bunga
|
Pokok
|
Bunga
|
Pokok
|
Bunga
|
Pokok
|
Bunga
|
2006
|
14,310
|
2,949
|
5,761
|
2,588
|
8,369
|
361
|
21,271
|
1,410
|
2007
|
6,367
|
3,640
|
6,322
|
3,603
|
45
|
37
|
25,082
|
2,381
|
2008
|
6,405
|
2,810
|
6,334
|
2,780
|
71
|
30
|
33781
|
1929
|
2009
|
6,742
|
2,768
|
6,674
|
2,755
|
68
|
12
|
30245
|
1624
|
2010
|
5,405
|
2,743
|
5,356
|
2,734
|
48
|
8
|
44089
|
2112
|
2011∆
|
2,275
|
1,713
|
2,212
|
1,701
|
63
|
11
|
52984
|
1554
|
Sumber:
Bank Indonesia. ∆= Angka sementara
Setelah sebelumnya dibahas
perkembangan penarikan (disbursement) utang luar negeri, berikut akan
dibahas realisasi pembayaran utang luar negeri. Pada utang pemerintah,
terjadi kecenderungan penurunan pembayaran baik pokok utangnya maupun
bunganya. Setelah mencapai puncaknya pada tahun 2009, pembayaran utang
pemerintah pada tahun 2010 mengalami penurunan. Disisi utang swasta justru
terjadi sebaliknya, dimana pembayaran utang baik pokok maupun bunganya
terus mengalami kenaikan. Khusus pokoknya pada tahun 2010 pembayaran pokok
utang sudah mencapai nilai 44.08 miliar dolar Amerika jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan pembayaran pokok utang pemerintah yang hanya
5.35 miliar dolar Amerika.
Kalau dikaitkan dengan
nilai APBN tahun 2010 yang mencapai 1.053 triliun rupiah, pembayaran pokok
utang luar negeri pemerintah plus bunga adalah US$ 8.09 miliar atau kalau
dikurskan dengan rupiah Rp 9.000 per US$ 1, hasilnya sama dengan Rp 72,81
triliun atau rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri
terhadap APBN adalah 6.91%. Suatu jumlah yang tidak terlampau signifikan
dan kelihatannya belum akan menggangu solvabilitas
APBN.
SZK.
[1] Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan di Jakarta, Senin
(23/4/2012).
[3] pinjaman Bank Indonesia dari IMF untuk keperluan
likuiditas.
[4] IBRD adalah international bank for reconstruction and
development, beranggotakan 187 negara.
IDA adalah International Development Association bagian
dari World Bank yang fokus pada Negara-negara termiskin didunia dengan
memberikan pinjaman tanpa bunga.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar